Haiii..
Di tahun 2015 ini saya berkesempatan menuntut ilmu di Ireland dengan kebaikan hati European Union lewat program beasiswa Erasmus-nya. Dan saya memenuhi janji saya (pada diri saya sendiri) untuk share pengalaman bikin visa Ireland walaupun sudah rada telat. Berdasarkan pengalaman saya sebelumnya, informasi untuk bikin visa Ireland itu dikit (pake banget). Akhirnya ya meraba-raba sana-sini dan berbekal nanya konsulat (sekarang udah jd embassy) yang dijawabnya seikhlasnya mereka mau kapan.
Waktu mau berangkat ke Ireland banyak banget yang nanya:
- Finland?
- Hah? Ireland? Mana itu?
- Itu UK bukan sih? Apply visa UK dong?
- Bukannya itu termasuk Schengen ya?
- Itu yang ibukotanya Belfast?
- …. (silahkan isi sendiri)
Maklum, Ireland emang kurang famous buat orang-orang Indonesia. Jujur, waktu saya apply beasiswa saya juga kurang tahu dimana itu Ireland (minta ditimpuk banget ya) dan akhirnya saya pilih karena kurikulum yang ditawarkan sesuai dengan kebutuhan saya.
Ireland atau Republic of Ireland atau Eire dengan ibukota Dublin merupakan sebuah pulau kecil di utara Inggris. Dulunya Ireland memang bagian dari United Kingdom (UK) tapi sejak tahun 1922 mereka memutuskan untuk berpisah (sedih ya khan?). Saya sih sedih karena sebagai seorang indonesiawan (alias pemegang paspor hijau Indonesia) jadi mesti double-apply visa ketika mau ke UK. Kabar baiknya apply visa Ireland gratis-tis-tis untuk Indonesia. Kabar buruknya nanti saja.

Jadi, beneran nih ada yang mau ke Ireland? Yakin? Gak mau ketempat lain aja? *hoi..udah hoi buruan..*
Apa saja yang harus dipersiapkan untuk membuat Visa Ireland? Karena saya apply untuk belajar di Ireland jadi saya akan share pengalaman bikin student visa.
- Passport : iya, yang warna hijau itu. Yang suka diliatin lama sama orang-orang di airport atau petugas imigrasi saking jarangnya mungkin mereka liat. Pastikan minimal 6 bulan sebelum expired. Kalau mau stay lama di Ireland mending bikin passport baru dulu yang expirednya masih lama.
- Foto passport background putih, ukuran close up 80%.
- Invitation Letter: bentuknya surat yang menyatakan bahwa Anda akan belajar di sana dengan beasiswa/biaya sendiri mulai dari tanggal x ke y.
- Bank statement: saldo tabungan 3 bulan terakhir. Jumlahnya sih harus cukup untuk bayar tuition fee dan length-of-stay disana. Gampangnya, kalau tuition fee 10.000 Euro dan akan tinggal disana 12 bulan (perkiraan living expenses 1.000 Euro/bulan, tergantung bias kurang-lebih tergantung tinggal di kota mana) berarti di tabungan sebaiknya ada 22.000 Euro. Untuk penerima beasiswa, bisa digantikan dengan surat dari university atau sponsor yang menyatakan bahwa Anda akan didanai beasiswa selama disana dengan nominal sekian (tapi nggak ada salahnya saldo tabungan dilampirkan juga supaya visa officer-nya yakin Anda tidak akan ‘ngemper’ selama disana).
- Copy ijazah SMA (untuk S1) dan S1 (untuk S2) dan S2 (untuk S3). Semuanya di-translate oleh penerjemah tersumpah. Cari penerjemah tersumpah dimana? Saya banyak nanya sama temen saya, namanya Google 🙂
- Copy akte lahir (translate) khusus bagi yang usianya di bawah 18 tahun. Kalau saya sih sudah kelebihan banyak :))
- Copy akte nikah (translate) bagi yang sudah menikah. Saya sempat mis-komunikasi dengan konsulat staff waktu itu. Beliau-nya waktu saya telepon bilang tidak perlu, ketika saya sampai di sana setelah mengarungi perjalanan Jogja-Jakarta bilang harus pake akte nikah. Apakah waktu itu saya salah dengar? Saya kurang tahu. Yang jelas ketika muka melas saya pasang waktu disuruh datang dengan berkas lengkap, beliau-nya akhirnya menyatakan saya boleh menyusulkan akte nikah lewat pos dan tidak perlu datang lagi.
- Surat pernyataan masih mahasiswa aktif: additional surat ini dibutuhkan karena saya memang datang dalam rangka exchange program.
- IELTS: iya, bukan TOELF apapun juga jenisnya. Ini nih yang bikin drama. Karena rata-rata kota kecil Indonesia, termasuk Jogja, susaaahh banget cari slot waktu kosong untuk test IELTS. Sudah test IELTS ini termasuk mahal (antara $190-220) minimal tunggu 1-3 bulan hanya untuk test IELTS. Akhirnya rata-rata teman lari ke Semarang atau Jakarta untuk sekedar test IELTS (duh..duit lagi deh..). Tapi usut punya usut, cerita dari beberapa teman dari Negara lain, mereka bisa apply tanpa IELTS ketika university yang mereka tuju menyatakan bahwa ‘mereka sudah memenuhi persyaratan bahasa Inggris dari university’.
- Isi formulir online di https://www.visas.inis.gov.ie/avats/OnlineHome.aspx dan di print lengkap.
Patut diingat bahwa proses pembuatan visa Ireland adalah 4-8 weeks. Ini termasuk lama dibandingkan pembuatan visa lain yang hanya berkisar 1 minggu. Kenapa? Karena pihak embassy di Indonesia harus mengirimkan semua berkas ke Dublin dan proses approval menunggu hasil dari Dublin. Dalam kasus saya waktu itu:
29 April 2015 datang langsung ke Jakarta, kurang akte nikah dan bisa disusulkan lewat pos
12 Mei 2015 dikabari bahwa akte nikah sudah diterima tapi masih butuh berkas lain dari university
25 Mei 2015 berkas lengkap, akan segera di proses (pemberitahuan lewat email)
12 Agustus 2015 visa granted
19 Agustus 2015 berangkat
Kebayang khan 25 Mei-12 Agustus (sekitar 11 weeks) itu deg-deg-an banget karena sudah kelewat 8 minggu tapi belum ada keputusan. Ternyata hitungan 4-8 weeks itu kalau kondisi normal, means during high season bisa lebih lama prosesnya. Beberapa teman terlambat mendapatkan visa yang kemudian berimbas terlambat berangkat sekolah. Masalahnya ketika sudah terlambat 4 weeks, sulit sekali untuk mengejar perkuliahan. Ada pula kasus yang akhirnya si anak tidak jadi berangkat karena sudah terlambat sekali untuk berangkat dikarenakan masalah visa (dari Bangladesh kalau tidak salah). Jadi saran saya dalam proses aplikasi visa Ireland:
- Kalau bisa jauh-jauh hari. Jangan berpatokan pada 4-8 weeks kasih spare waktu lebih lama.
- Banyak berkomunikasi dengan pihak embassy dalam takaran wajar. Wajar itu bagaimana? Menanyakan lewat telepon/email setelah lewat minggu ke 5. Kalau masih belum ada kabar, tanyakan kembali dalam rentang 1x seminggu. Please, jangan email embassy sehari dua kali kayak waktu makan. Selain kurang sopan, mereka juga akan menganggap kamu annoying dan dalam kasus yang lebih parah lagi bisa di-note merah oleh mereka bahwa Anda sebagai aplikan tidak menghormati regulasi yang berlaku. Detail contact mereka di https://www.dfa.ie/irish-embassy/indonesia.
- Berkomunikasi dengan pihak sponsor dan university tentang progress dan permasalahan yang dihadapi. Dalam kasus saya, pihak sponsor (Erasmus) dan university sangat membantu baik menghubungi embassy di Indonesia maupun Dublin. Walaupun in the end mentok dengan regulasi.
Bikin visa selalu bikin saya deg-degan walaupun sudah dipersenjatai dengan berkas-berkas shohih. Tapi visa officer itu sudah seperti Tuhan, kita tidak tahu hasil keputusannya dia bagaimana. Jadi ya cuma bisa berusaha keras dan berserah diri setelahnya (super lebay…).
Tapi semua usaha itu worth banget karena negerinya indah banget, udaranya bersih banget, susu keju dan butternya enak banget.
So good luck buat yang sedang berusaha mendapatkan visa Ireland.
Enjoy the craic in Eire 🙂


Leave a comment