It is truly a dream come true. Setelah berbagai usaha cari beasiswa jaman S1 dan gatot, tak dinyana tak diduga saya mendapatkan beasiswa Master Exchange dari Erasmus. Udah ga diharap-harapkan sebetulnya. Saya sudah emak-emak beranak satu dan kebetulan hamil anak kedua waktu itu. Sempat berfikir untuk tidak diambil, nggak tega rasanya saya meninggalkan suami dengan dua anak yang masih ‘piyik’ banget. But hey, he supported and encouraged me to take the opportunity!!! God bless my husband.
Setelah menyelesaikan ujian akhir semester dan berbagai projects yang naudzubillah sekolah itu susah ya, nak (cerita tentang study di Ireland akan di share di post berikutnya) akhirnya tiba saatnya untuk solo-eurotrip saya. Total sekitar 40 hari saya berkunjung ke berbagai Negara Eropa idaman saya. Excited? Udah ga bias dijelaskan lagi lah. Deg-degan? Iya banget. Ini sebenarnya solo-traveling abroad saya kedua, tapi baru pertama kalinya saya bakal spend waktu selama ini untuk trip. Dan saya sudah emak-emak, sudah turun mesin 2x, kebayang dong badan ga bakalan se-fit anak muda lainnya. Untungnya saya tipikal very well-prepared jadi persiapan sedetail-detailnya untuk trip kali ini. Apa aja? So, buat yang emak-emak mau jalan-jalan baik sendiri, berdua, bertiga dengan budget minimal seperti saya, here we go:

- Itinerary: well, ada orang yang tipikal ‘go with the flow’ dan saya totally bukan orang yang kayak gitu. Kadang-kadang (kalo kepepet) bisa, tapi menurut saya better go with the good plan. if you have to change your plan immediately, it will not harm you that bad. Seriously! Bikin itinerary yang cakep. Rute Negara-Negara Eropa yang dipilih juga disesuaikan. Jangan loncta-loncat karena akan boros waktu, tenaga dan uang. Misal tujuan pertama di Eropa bagian utara (seperti Perancis, Belanda) selanjutnya enak ke Eropa bagian timur (seperti Chezch) baru ke selatan (Italy misalnya). Jangan dari utara ke selatan terus ke timur. Berat di ongkos.
- Quick or slow travel: Apakah Anda ingin berkunjung ke sebanyak mungkin Negara di Eropa atau Anda memilih berkunjung ke sedikit Negara dan enjoy the wind blows? Saya tipikal kedua alias slow traveller. Saya stay di satu kota sekitar 2-3 hari, mengunjungi landskap, museum, jalan-jalan di taman sambil baca novel, duduk di café dan mencicipi menu khas. Saya nggak ngejar berkunjung ke banyak tempat, hanya memilih tempat-tempat yang benar-benar ingin saya kunjungi. Umur segini loncat dari satu bis ke kereta yang lain sungguh melelahkan. Sungguh.
- Transport: untuk ‘meminimalkan biaya’ transport saya menyesuaikan jenis transport yang saya pilih. Untuk transport udara saya menggunakan Ryan Air, low cost airlines nya Eropa. Cuma Ryan Air ini tricky banget. Terkadang di beberapa Negara airport Ryan Air ini ada di tempat jin buang anak alias jauh pake banget. Hasilnya tiket pesawat yang cuma 10 Euro jadi mahal karena harus bayar tiket kereta 29 Euro. It happened to me di Dusseldorf dan Venice. Judulnya sih Dusseldorf tapi ada dalam kurung Weeze yang berarti masih sekitar 1.5 jam dari Dusseldorf dan beneran di tengah hutan nggak ada apa-apa. Jadi untuk Ryan Air, silahkan check juga jarak tempuh airport ke kota (sebenarnya) yang dituju. Setelah tiba di Eropa, mudah saja mau naik bus atau kereta untuk pindah dari satu Negara ke Negara yang lain. Untuk saya, bus merupakan pilihan yang paling make sense karena murah. Bus di Eropa pun nyaman karena lengkap dengan wifi, toilet, heater dan kursinya pun enak. Saya menggunakan jasa MeifernBus/FlixBus dan juga Megabus. Tinggal pilih-pilih rute dan harganya saja. Kadang untuk memotong budget hostel saya memilih bus malam sehingga samapi di kota tujuan pagi dan bisa langsung jalan tanpa harus bayar semalam di hostel. Ada juga pilihan Euroline/Eurotrains dimana kita bisa beli paket 7days, 15days, etc. dan di beberapa Negara. Tapi waktu saya hitung-hitung mendingan bikin rencana sendiri karena lebih fleksibel dan murah.
- Hostel: bersahabat baiklah dengan hostelworld, booking.com dan airbnb karena sebenarnya di tangan merekalah kebahagiaan Anda tinggal di negeri orang. Maklum, jalan-jalan dengan budget minimal tentunya harus pinter-pinter pilih tempat tinggal. Saya lumayan pede dengan hostel dengan rating 8 ke atas di booking.com karena so far memuaskan semuanya. Oiya, salah satu alasan saya suka booking.com karena banyak fitur free cancelation jadi kalo mendadak ganti tanggal atau cancel nggak perlu bayar. Karena saya sudah tue ya maunya yang nyaman, ada dapur dan living room, kamarnya maksimal 4 beds cewek semua dan deket dengan city centre. Ya terkadang kalau terpaksa banget tinggal di hostel yang rada jauh dengan 10 beds nggak papa sih, bisa-bisa tidur juga kok walaupun rada berantakan kalo keramaian. Deket city centre berarti mudah akses kemana-mana. Kenapa perlu ada dapur? Karena saya jadi bisa masak dan bawa bekal. Iya, bawa bekal supaya sehat dan murah. Asik kok makan di taman sambil liat air mancur atau bunga-bungaan. Sesekali jajan di luar tapi ya masak iya mau jajan terus. Mahal banget loh kalo jajan terus (nangis). Jangan lupa bawa kunci gembok karena tinggal di hostel berarti harus share kamar dengan banyak orang. Walaupun sesame traveller tapi siapa yang jamin mereka nggak nakal? Biasanya hostel menyediakan loker tapi tidak semuanya menyediakan gembok (yang membuat kita mesti rent/beli gembok ke receptionist). Jadi yaudah bawa sendiri aja.
- Alat tempur: karena judulnya backpacker, tentunya barang yang dibawa seminimal mungkin supaya tidak perlu masuk bagasi. Saya membawa 1 buah backpack ukuran 30L merk Eiger yang saya beli di Indonesia, 1 tas cangklong kecil untuk dibawa pas lagi jalan-jalan di kota, 1 moneybelt untuk membawa passport dan uang. Menurut saya ini sudah pas banget karena nggak mungkin jalan-jalan di kota bawa backpack (bisa encok). Moneybelt juga penting banget karena di Eropa banyak juga copet jadi ya tetep kudu waspada. Bawa backpack apa koper tarik? Well, banyak tempat yang nggak nyaman kalo travelling pake koper tarik. Misalnya jalan tangga berbatu di Lisbon, pindah dari 1 subway station yang musti naik tangga di Milan, etc. Backpack jauh lebih praktis untuk saya. Backpack saya sangat minim isi: 1 jeans, 2 warm legging, 1 syal yang bisa dipake krudung, 3 baju/sweeter, 3 bras, 5 panties, 1 handuk kecil. Bawa topi dan coat juga tentunya karena saya jalan pas lagi winter. Alat mandi dan make up (yaelah masih kepikiran make up) saya taroh di 1 tas transparan kecil supaya mudah kalau dichek di bandara. Inget yaaaa, boleh bawa cairan maksimal 100ml dalam 1 wadah kecil dan totalnya 1 liter ditaro di wadah bening. Jangan neko-neko, ini basic rules naik pesawat dimana-mana. Kesel ya khan kalau di antrian baggage check masih ada yang oon juga gak tau tentang ini. Bzzz… Itu khan tulisan ada dimana-mana di bandara. Mbok ya dibaca please.
- Duit: iya, duit. Kata siapa kita gak butuh duit buat jalan-jalan? Butuh banget. Walaupun judulnya backpacker tapi masak nggak butuh makan? Karena kebetulan saya menggunakan card dari Bak Europe, lebih mudah untuk saya tarik tunai di atm mana saja free of charge. Tapi untuk yang tidak, sebaiknya bawa uang Euro/Pounds dalam jumlah yang cukup dan dipisah lokasinya. Paling bagus ya ditaro di moneybelt. Kalau kepepetnya habis ya ambil dalam jumlah cukup dari atm dan meminimalkan charge bank yang lumayan gede dengan ambil sekalian gitu, jangan ambilnya cimit-cimit 50 Euro. Lah wong sekali tarik kena charge 5 Euro khan ga lucu kalo ambilnya cuma segitu. Sebisa mungkin juga hostel dan transport sudah dibeli semua sehingga waktu jalan tinggal bawa uang buat makan dan beli oleh-oleh (iya oleh-oleh, Indonesia banget).
- Obat-obatan: yaelah emak-emak banget ini. Tapi penting banget buat saya karena siapa tahu butuh di jalan, nothing works like Indonesian medicine loh. Saya wajib bawa: koyo, counterpain, minyak angin dan tolak angin. Penyakitnya orang jalan-jalan khan ya capek dan telat makan jadinya masuk angin jadi ya empat obat ini ampuh banget buat saya. Oiya, saya bawa vitamin C untuk boost imunitas saya. Karena kembali lagi sudah turun mesin 2x berarti badan udah ga se-fit itu. Untuk yang punya penyakit spesifik ya jangan lupa dibawa obatnya. Misalnya saya gampang gatel-gatel, saya bawa salep dari dokter langganan saya (maklum orang desa gampang kudisan).
Manusia hanya bisa berencana tapi Tuhan yang menentukan. And yes, shit happened sometimes. Tiba-tiba harus berubah itinerary dan berganti haluan karena satu dan lain hal terjadi kadang-kadang. It happened to me as well. Tapi at least, ketika sudah punya rencana matang perubahan yang datang tiba-tiba itu membuat tidak bikin kita senewen karena kita sudah well-prepared. So enjoy your trip and be happy. Explore the world and their culture. Breath the air and spread your imagination. Once you come back to Indonesia, you are not the same anymore. You are richer now with plenty experiences, not only as far as picture on your social media.



Leave a comment