Flores – Komodo Trip: How to Travel with Pregnant Woman and a Baby?

CategorIes:

By

·

8–13 minutes

Kenapa saya menyatakan bahwa traveling saya kali ini ‘beyond the limit’? Karena travel kali ini dilakukan di kawasan Indonesia Timur yang kondisinya WOW banget dengan kondisi saya yang hamil 25week dan membawa bayi usia 11 bulan. It was really beyond my imagination. But how about the result? It turns out to be one the most amazing journey I’ve ever had.

Sore yang cerah di bulan Agustus 2014, tepatnya hari kedua Lebaran, kami sekeluarga menenteng-nenteng koper menuju Bandara Adisucipto Jogja. Rombongan travel saya kali ini adalah mertua, oom dan tante sekeluarga plus keluarga kecil saya sendiri. Jujur saja, yang paling dikhawatirkan dalam jalan-jalan kali ini adalah kehamilan saya plus how to handle si kecil, Gio, yang baru pertama kali traveling, naik pesawat, naik kendaraan umum plus naik kapal. Untungnya semua orang sangat support dan sebelum hari keberangkatan tentunya saya sudah mempersiapkan fisik dengan olahraga rutin serta mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya mengenai medan yang akan kami tempuh.

Tips #1: Siapkan kondisi kehamilan dengan makanan sehat dan olahraga teratur sebelum traveling! Oya, jangan lupa persenjatai diri dengan surat sehat dari dokter bagi ibu hamil.

Pesawat Garuda Indonesia berangkat malam itu dan kami transit di Mercure Hotel Bali just for one night. Sebetulnya ini bukan transit tapi bisa dianggap numpang cuci muka karena kami hanya stay di hotel untuk sekitar 5 jam plus bagasi kami tidak bisa diambil karena langsung masuk ke pesawat untuk penerbangan keesokan harinya. Badan rasanya gatal banget karena tidak ada preparation dengan mempersiapkan baju extra di cabin baggage, untungnya saya siapkan perlengkapan Gio di kabin, kalau enggak bisa kesian banget ni anak susah tidur.

Tips #2: Selalu sedia cemilan, baju ganti dan alat mandi di cabin baggage, terutama kalau bawa anak kecil.

Jam 5 pagi kami sudah stand by lagi di Bandara Ngurah Rai untuk penerbangan berikutnya ke Ende dengan jarak tempuh sekitar 2,5 jam. Alhamdulillah banget, Gio nggak rewel sama sekali di pesawat. Tiap pesawat take off, si bocah langsung tidur nyenyak dalam pelukan saya. Double syukur karena janin dalam perut juga nggak ngerepotin, dia anteng banget dibawa terbang dan bercapek-capek ria.

Setibanya di Ende, kami dijemput dengan menggunakan bus pariwisata kecil plus tour guide dari Adventure Indonesia bernama Don yang merupakan orang asli Labuan Bajo. Setelah sarapan pagi seadanya di rumah makan padang (karena rata-rata rumah makan tutup dalam masa libur lebaran), kami langsung melanjutkan perjalanan ke Moni untuk menyambangi Gunung Kelimutu. Uhuiiii…. Saya sempat tertidur lelap lalu men-chek kondisi Gio di kursi sebelah yang dengan manisnya tidur di carseat portable yang saya beli sebelumnya. Baru kemudian saya melihat keluar bus, astagaaaaah… perjalanan ke Moni sungguh memompa adrenalin. Bagaimana tidak? Kondisi aspalnya sih bagus, lebih bagus daripada kota-kota di Jawa, tapiii sebelah kiri dipunggungi tebing pegunungan yang menjulang, di sebelah kanan jurang-jurang menganga siap menerima. Tidak jarang sopir saling selip di tengah jalanan sempit dan beberapa krikil kecil rontok dalam perjalanan. Saya pegangi perut sambil mencoba bertahan, dalam hati saya berkata “tabahkan hatimu untuk 4 hari ke depan”.

Tips #3: Bagi yang berencana traveling dengan anak, lebih baik membawa carseat portable demi kenyamanan. Anak bisa duduk tenang dan kita bisa menikmati perjalanan. Harganya tidak terlalu mahal, carseat yang saya beli harganya kurang dari 200 ribu kok 🙂

Sore hari kami tiba di Kelimutu Ecolodge yang merupakan sebuah hotel ramah lingkungan yang sangat cantik menurut saya. Diapit sungai dan hutan, penginapan ini apik mengintip di bawah kaki Gunung Kelimutu. Sayangnya, nyamuk di sini gede-gede bener. Untungnya di kamar sudah disiapkan kelambu dan kami sudah membawa obat anti nyamuk plus obat malaria untuk mencegah penyakit malaria yang termasuk pandemik di sini. Paginya, jam 4 pagi kami sudah mendaki Gunung Kelimutu untuk mengejar sunset. Suasana jalanan gelap dan naik turun, kami mendaki (tepatnya menaiki tangga yang sudah disiapkan) sekitar 1-1,5 jam perjalanan. Di ujung langit sudah nampak semburat kemerahan, mentari malu-malu mengintip kami. Tiba di puncak, kami terkagum-kagum melihat sunrise yang cantik di atas Danau Kelimutu yang terkenal dengan danau tiga warnanya itu. Ratusan orang berkumpul mengabadikan pemandangan termasuk kami sekeluarga.

Lalu bagaimana dengan saya yang hamil ini? Jalur pendakian saya rasa sangat bersahabat karena sudah berupa tangga, namun memang saya harus istirahat 2x untuk menarik nafas karena perut yang agak kram. Trus apa kabar si Gio? Si unyil duduk manis di carrier outdoor dan digendong oleh papa mertua yang emang fit banget. Dia tidur sepanjang jalan dan baru bangun ketika sampai puncak dengan muka kebas kedinginan dan hidung meler. Langsung saya buatkan susu hangat dan diberi cemilan supaya si unyil langsung ceria lagi.

Tips #4: Siapkan jaket hangat, topi wool, makanan dan vitamin untuk si kecil, terutama saat bepergian ke tempat dingin. Carrier outdoor juga sangat bermanfaat untuk kegiatan luar ruang, selain itu si anak juga betah digendong selama berjam-jam. Carrier yang saya miliki bermerk Deuter, bahan dan jahitannya bagus banget. Harganya lumayan sih sekitar 2-3 juta an. Tp worth to buy lah.

25 weeks and still smiling :)
25 weeks and still smiling 🙂
This is carrier outdoor which I talked about
This is carrier outdoor which I talked about

Hari kedua di Flores, setelah trip ke Kelimutu, kami melanjutkan perjalanan dengan bus kecil kami menuju kota kedua yaitu Bajawa. Bajawa merupakan sebuah kota kecil yang berada di kaki pegunungan yang dingin. Kami sempat mampir ke rumah Bung Karno, melihat proses pembuatan arak serta pantai batu biru. Overall perjalanan dipenuhi dengan pemandangan laut, gunung serta jalanan berliku yang menyeramkan. Setibanya di Bajawa, kami langsung menuju penginapan kecil yang jauh dari ekspektasi. FYI, banyak kota kecil di Flores yang memang belum tergarap pariwisatanya sehingga fasilitas penginapan dan rumah makan juga sangat seadanya. Penginapan yang saya tinggali kali ini jauh sekali kondisinya dengan Kelimutu Ecolodge, dengan kamar berisi 2 bed, kamar mandi (tanpa air panas), tanpa AC (karena memang kota Bajawa sangat dingin sekali) plus tanpa TV. But well, kami sih enjoy aja dengan kondisi itu tapi untuk beberapa orang mungkin kondisi yang seperti ini bisa membuat kurang nyaman. Baru kemudian di hari keempat kami tiba di Labuan Bajo dan saya merasa disambut oleh peradaban. Kenapa? Karena Labuan Bajo menawarkan fasilitas dan akomodasi yang jauh lebih baik dibandingkan daerah lain di Pulau Flores. Hotel yang kami singgahi juga memiliki model eco-friendly yang bersih dan lengkap dengan pemandangan laut yang begitu indah. Selain itu di Labuan Bajo juga banyak terdapat restoran baik kaki lima di pinggiran laut maupun restoran dan cafe yang menjadi tujuan kuliner bule-bule. Selama di Labuan Bajo, TreeTop menjadi salah satu restoran favorit kami karena cita rasa masakannya yang istimewa dan suasana yang cukup nyaman.

Tips #5: Untuk menyiasati penginapan yang kurang memadai, saya selalu membawa sarung pantai/syal berukuran besar sebagai alas tidur.

Hari berikutnya kami berpindah alat transportasi serta tinggal di kapal dan memulai perjalanan mengarungi lautan. Ada beberapa pulau yang kami singgahi yaitu Pulau Bidadari, Pulau Kelor, Pulau Sebayur, Pulau Kalong, Pulau Rinca dan juga Pulau Kanawa. Bagi pecinta pantai dan laut, tentunya momen ini sangat saya nantikan. Bagaimana tidak? Laut di Indonesia timur ini begitu jernih, hijau, tenang sekaligus memantulkan sinar matahari yang begitu indah. Ikan-ikan berenang cantik berkejaran menikmati anugerah Tuhan. Dari atas kapal kita bisa melihat pemandangan pulau-pulau di sekitar yang hijau dan juga cokelat kekuningan, menunjukkan alam Indonesia timur yang tandus namun menyimpan misteri keindahan tersendiri. Ada juga Pulau Kalong yang khusus kami datangi menjelang matahari tenggelam dimana kami bisa menyaksikan puluhan ribu kelelawar keluar dari sarangnya dan memenuhi langit senja. Salah satu pulau favorit saya adalah Pulau Kanawa. Di pulau kecil ini pasirnya begitu putih halus sedangkan pantainya dangkal dan memamerkan keindahan terumbu karang serta ikan yang berseliweran. Di beberapa titik dengan mudah kita menemukan ikan hiu yang masih bayi berenang mencari makanan serta bintang laut dengan berbagai warna.

Tips #6: Selalu bawa sunblock terutama untuk si kecil karena kulit mereka lebih mudah iritasi. Sunblock untuk anak-anak bisa kita temukan di toko olahraga semacam sportstation.

Me, Gio and hubby in Kanawa Island
Me, Gio and hubby in Kanawa Island
The water just so clear then we can see fishes and corals in it at Kanawa Island
The water just so clear then we can see fishes and corals in it at Kanawa Island
The scenery just too beautiful. I can't help it!
The scenery just too beautiful. I can’t help it!
Our boat with 5 bedrooms
Our boat with 5 bedrooms
Magical sunset! Taken at Kalong Island
Magical sunset! Taken at Kalong Island
Our family in traditional village in Flores
Our family in traditional village in Flores
Kelor Island
Kelor Island

Selain pantai dan laut, tentunya Flores menawarkan salah satu binatang langka dari zaman purba yang hanya ada di Indonesia yaitu komodo. Untuk menyaksikan kegarangan komodo, kita bisa menuju Pulau Komodo atau Rinca. Kontur dua pulau ini berbeda, Pulau Komodo memiliki kontur hutan dan pepohonan besar sehingga sedikit sulit untuk melihat komodo yang bersliweran. Beda dengan Pulau Rinca yang memiliki kontur sabana sehingga lebih mudah bagi pengunjung untuk menyaksikan binatang berkaki empat dengan air liur beracun ini. Kami pun memilih Pulau Rinca lebih karena alasan jarak tempuh yang lebih dekat dari Labuan Bajo sehingga kami tidak akan banyak menghabiskan waktu hanya untuk perjalanan saja. Saat tiba di Pulau Rinca, sudah ada ranger atau penjaga taman yang menemui Anda sejak turun kapal. Penjaga taman di sini bukan seperti penjaga taman biasa, namun mereka merupakan orang-orang tangguh yang memiliki pengalamans erta pelatihan dalam berhadapan dengan komodo. Tolong dicamkan bahwa komodo merupakan binatang berbahaya gimana gigitan dan sabetan ekor mematikan bahkan air liurnya pun beracun sehingga setiap pengunjung harus berhati-hati dan dalam pengawalan ranger. Setelah melewati padang sabana yang begitu luas kami tiba di titik start yaitu area perkantoran ranger yang terdiri dari beberapa bangunan rumah panggung mulai dari kantor administrasi, kantin, toilet, dapur serta tempat tinggal ranger. Rumah panggung dimaksudkan untuk menjaga para ranger dari komodo yang entah bagaiman terkadang menyerang para ranger di dalam rumah. Bahkan guide saya bercerita bahwa baru sebulan sebelumnya seorang ranger kehilangan sebelah kakinya karena digigit komodo saat sedang bersantai di ruangan.

Setelah mendapatkan briefing singkat dari ranger, rombongan kami berangkat menyusuri area tracking yang telah ditetapkan. Selain dilarang berbicara keras, kami juga diberi batasan supaya tidak terlalu dekat dengan komodo. Sepanjang 45 menit perjalanan menyusuri Pulau Rinca, kami bertemu setidaknya 8 ekor komodo dan ini bisa dibilang cukup beruntung karena seringkali pengunjung hanya melihat 1 hingga 2 ekor saja. Komodo yang kami temui beragam, mulai dari yang sudah tua dan loyo, sampai ibu muda yang baru saja melahirkan dan kelaparan mencari mangsa. Seru! Bagi yang sedang mens, para ranger menyarankan untuk tidak ikut tracking terutama di musim kawin karena biasanya komodo lebih ganas. Hiiii…

Rute tracking cukup menarik di Pulau Rinca, mulai dari padang sabana yang sangat luas, hutan dengan pohon yang jarang, kemudian kami diajak menyeberangi sungai kecil dan kemudian mendaki ke atas bukit. This is my favorite part! View dari atas bukit ini cantik sekali. Di sebelah kanan terhampar bukit yang berwarna hijau bersih dan di sisi kiri nampak teluk yang menghantarkan kami ke Pulau Rinca dengan warna airnya yang biru jernih. Saya rasanya ingin menggelar tikar dan piknik di situ sepanjang hari tapi apa daya tur harus segera berakhir.

Komodo!!!! Finally...
Komodo!!!! Finally…
At the top of the hill in Rinca Island. The view was overwhelming!
At the top of the hill in Rinca Island. The view was overwhelming!

Perjalanan kami kemudian ditutup dengan kembali lagi ke Labuan Bajo untuk kemudian mengejar pesawat di hari berikutnya. Overall, kami sangat puas dengan trip kali ini. Untuk beberapa orang mungkin trip Flores-Komodo bisa dikatakan cukup ekstrim, apalagi dalam kondisi hamil dan membawa balita. Tapi kami bisa mengatasinya dan tidak ada permasalahan yang berarti. Tentunya itu semua karena persiapan dan informasi yang cukup sebelum memulai perjalanan. Namun, apabila Anda menginginkan tantangan yang lebih minimal, bisa saja mengambil rute langsung ke Labuan Bajo dan mengambil trip 3D2N untuk berkeliling di kepulauan sekitar dan menikmati suasana laut dan pantai yang indah bukan kepalang.

Sayangnya, selama perjalanan kami menyadari bahwa wisata ke Indonesia Timur tidak banyak diminati oleh wisatawan domestik, justru wajah-wajah turis asing mendominasi objek wisatanya. Bisa jadi karena apabila diperhitungkan liburan ke Indonesia Timur jauuuh lebih mahal dibandingkan dengan liburan ke Malaysia atau Singapur yang tiketnya hanya kisaran ratusan ribu saja. Semoga ke depan masyarakat Indonesia tertarik untuk mengeksplorasi keindahan alam Indonesia, bukan hanya mencari gengsi dengan jalan-jalan ke luar negeri.

12 responses to “Flores – Komodo Trip: How to Travel with Pregnant Woman and a Baby?”

  1. Angelin Ayu Palupi Avatar
    Angelin Ayu Palupi

    Mbak Inaaa, aku tetiba kesasar di postingan blogmu yang inih 😜😜😜 kamu kok keren banget mbaaaakkk, hamil tetep ahoooyyy jalan2 liat komodo pulaaa? 👍👍👍 guide nya Pak Don Bosco yah mbaak? Semacam familiar karena taun lalu kesana sama Pak Don Bosco itu, tp sama travel sebelah, hehehe… Review Adventure Indonesia gimana mbak ? Okeee?

    1. ina Avatar
      ina

      Waaa..halo apa kabarmu dsana??? Iya diniatin jalan karena smua udh di book wktu itu jadi syg kalo d cancel. So far experience sm adventure indonesia bagus. Service nya oke dan sesuai dengan apa yg diminta. Tiap ada pertanyaan jg tanggapannya cepat.

  2. nur faidati Avatar
    nur faidati

    Aman ya mbak ajak balita ngetrip ke labuan bajo dan komodo? rencana minggu nanti saya akan ajak anak saya umur 4.5 ke sono. sempat agak kuatir karena medannya yang sepertinya berat

    1. ina Avatar
      ina

      Sbnrny aman2 aja mbak. Cuma hrs siap mental krn benar medannya lmyn berat. Siap2 obat2an trmsk krim anti nyamuk n pil kina krn byk nyamuk malaria dsn. Cuacany jg panas skali jd jgn smp dehidrasi. But other than that, have fun dsana krn tempatnya cantik bgt 🙂

  3. palupi Avatar
    palupi

    salam kenaal mbaa…wah senengnyaa nemu artikel mba..soalnya lg galau hihi minggu ini mau traveling ke pulau komodo dalam keadaan hamil 4 bulan…khawatir terutama pada saat naek speed boat dan tracking pas di pulau komodo…

    1. ina Avatar
      ina

      Semangat ya Palupi. Semoga sukses jalan2nya. Pokoknya enjoy tp jangan maksa yaaa 🙂

  4. Thia Avatar
    Thia

    Hi mbak, salam kenal….tadinya aku galau karena suami ngajak ke Flores bulan July ini karena anak baru 11 bulan July nanti dan mayan berat medannya disana, tapi baca blog ini jadi yakin kalo bisa hehehe…anyway Gio waktu itu makanannya gimana mbak? Please share tips2 traveling with baby yaaa. Thank you

    1. ina Avatar
      ina

      Hai Thia..
      Seneng banget ada yg semangat ngajak anak jalan2 jauh di Indonesia. Waktu itu Gio makan bubur jd saya bawa byk buah yg bisa dikerik (macam pisang/alpukat) atau nasi tp dihaluskan manual pakai sendok (karena repot kalau hrs bawa slow cooker). Selain itu jg bawa camilan yg dy suka in case dy lg mogok makan (misal: cereal, biskuit susu). Juga jangan lupa bawa obat2an emergency (misal: obat diare, anti nyamuk, anti malaria, minyak telon, etc.). Semoga sukses ya jalan2nya 🙂

  5. Riska Widiawanti Avatar
    Riska Widiawanti

    Selamat malam mba,
    Ketarik am artikel yg memng lgi sy hunting bgt😁
    Slam kenal sy Riska dari Bintan, Kepri,
    Mau tny mb,
    Sewaktu d NTT mb pkai jasa tour guide ap y? Karena sy brencna tour k Kelimutu-Komodo mmbwa 2 inces usia 4 dn 2thun

  6. Indri Rizkiyani Avatar
    Indri Rizkiyani

    Mba… salam kenal yah 😉

    Seru banget ke bajo bawa anak dan dalam keadaan hamil. Saya lagi harap2 cemas juga sih, udah terlanjur beli tiket ke Bajo trus ternyta saya hamil 🙈 dan kalau di lihat waktunya insyaAllah usia kandungan nanti pas ke Bajo itu 4 bulan. Mba waktu itu ke Pulau Padar gak? Pengen banget trekking ke Pulau padar, tapi memungkinkan gak yah untuk bumil? Hiks…

  7. arinachairunnisa Avatar
    arinachairunnisa

    Halo salam kenal,
    Lagi cari komodo island with baby ketemu blog mba. Aku rencana mau kesana sama anakku 15bulan. Selama naik speedboat baby aman mba? Mesti bawa jaket windbreaker berarti yaa.

  8. diah Avatar
    diah

    hallo kak. ada info travelnya ga buat ke pulau komodonya pakai travel mana?

Leave a reply to Indri Rizkiyani Cancel reply